Eddie van Halen, Gitar, dan Kanker

Entah berapa kali, ia tersenyum di atas panggung itu. Jari-jemarinya terlihat begitu lincah, seolah sedang meloncat dari satu trampolin ke trampolin lainnya. Kadang jari-jemari itu menjerit dan meringkik seperti kuda liar. Kadang jari-jemari itu saling berkejar-kejaran gembira seperti gulungan ombak di pantai Panama. Kadang pula jari-jemari itu terdengar seperti bel gereja yang berdentang nyaring pada saat doa Angelus didaraskan para rahib. Tubuhnya juga bergoyang ke kanan dan ke kiri mengikuti dentuman drum yang ditabuh oleh sang kakak. Ia sering menggeser-geserkan sepasang kakinya dengan cepat sesuai dengan irama sehingga kaki-kaki itu tampak beroda. Namun, geraknya tidak hanya sampai di situ. Di penghujung solo guitar yang ia tampilkan, ia sering berlari kecil ke sudut panggung. Ia mengambil ancang-ancang untuk berlari dengan cepat ke arah sebaliknya. Setelah melesat, ia pun segera melompat. Tinggi. Tinggi sekali. Terkesan bahwa ia sedang terbang dengan gitarnya, Frankenstrat! Itu...