Postingan

Jimi Hendrix, Bukan yang Kita Kenal

Gambar
Seandainya musik ngak-ngik-ngok tidak dilarang , mungkin Jimi Hendrix bisa tampil di Jakarta. Pada pertengahan tahun 1960 itu, bersama musik blues yang dibawanya, Jimi Hendrix memang seolah hadir sebagai representasi dari putera Amerika yang sejati. Ia dilahirkan di Seattle, Washington, Amerika Serikat. Dunia industri musik Amerika yang sedang mengembangkan sayapnya seolah menutup mata pada akar historis yang kelam yang menggelayuti warna kulitnya yang gelap. Jimi pun dibesarkan sebagai ikon pop culture yang fenomenal melalui sejumlah panggung terbuka yang dihadiri oleh ratusan orang muda. Ia diutus sebagai salah satu duta sihir agar anak-anak muda itu terninabobokkan dan tidak kritis pada negara. Di tahun-tahun itu, perang ideologi antara Blok Barat dan Blok Timur sedang memanas. Banyak anak muda Amerika dikirim ke hutan-hutan belantara Vietnam untuk membunuh orang-orang lain yang tidak pernah mereka temui. Akan tetapi, Jimi tidak dapat berbohong pada hati nuraninya, pada kemanusiaa

Eddie van Halen, Gitar, dan Kanker

Gambar
Entah berapa kali, ia tersenyum di atas panggung itu. Jari-jemarinya terlihat begitu lincah, seolah sedang meloncat dari satu trampolin ke trampolin lainnya. Kadang jari-jemari itu menjerit dan meringkik seperti kuda liar. Kadang jari-jemari itu saling berkejar-kejaran gembira seperti gulungan ombak di pantai Panama. Kadang pula jari-jemari itu terdengar seperti bel gereja yang berdentang nyaring pada saat doa Angelus didaraskan para rahib. Tubuhnya juga bergoyang ke kanan dan ke kiri mengikuti dentuman drum yang ditabuh oleh sang kakak. Ia sering menggeser-geserkan sepasang kakinya dengan cepat sesuai dengan irama sehingga kaki-kaki itu tampak beroda. Namun, geraknya tidak hanya sampai di situ. Di penghujung solo guitar yang ia tampilkan, ia sering berlari kecil ke sudut panggung. Ia mengambil ancang-ancang untuk berlari dengan cepat ke arah sebaliknya. Setelah melesat, ia pun segera melompat. Tinggi. Tinggi sekali. Terkesan bahwa ia sedang terbang dengan gitarnya, Frankenstrat! Itu

Yngwie Malmsteen, Faster than the Speed of Light!

Gambar
Bagi kebanyakan orang Indonesia, namanya sulit diucapkan. Padahal, di akhir tahun 1980-an lagu-lagunya sudah kerap diputar di sejumlah radio yang terdapat di kota-kota besar di Indonesia. Di Jakarta, misalnya, hampir setiap malam minggu radio Suara Kejayaan, sebuah radio humor yang sangat popular di kalangan anak muda, tidak pernah absen untuk memutar lagu-lagu yang dibawakan Yngwie dan bandnya, Rising Force. Sejumlah lagu dari beberapa album yang ia telurkan seperti Rising Force,  Marching Out, Trilogy, atau Odyssey begitu akrab di telinga penggemar musik rock. Bahkan Radio Mustang yang menyajikan program yang bertajuk Rock N Rhythm selalu dibanjiri dengan   permintaan untuk memutarkan lagu-lagu Yngwie dan bandnya itu secara eksklusif. Mengapa laki-laki kelahiran Swedia pada tanggal 30 Juni 1963 ini tampak begitu spesial di mata penggemar rock pada akhir tahun 1980-an? Sejak kehadirannya bersama band Steeler dan band Alcatraz pada tahun 1983-1984, Yngwie Malmsteen telah mencuri p

Gary Moore dan Sebuah Ruang yang Kosong

Gambar
Skånevik adalah pulau kecil yang hadir bagai sebuah puitika alam nan hening. Bersama angin yang berhembus perlahan, pohon-pohon perdu hijau yang memayungi pedesaan asri itu   berdansa Halling . Sejauh mata memandang, rumput di daerah ini tumbuh teratur bagai permadani kerajaan antah-berantah. Tatkala hari menjelang sore, di atas cakrawala, matahari enggan kembali ke peraduannya. Seolah sinarnya   tetap ingin bercengkrama dengan keramahan masyarakat Norwegia. Namun, di sini , musik klasik yang membesarkan peradaban Barat modern, sudah begitu asing. Di pulau kecil ini , musik klasik telah diperdaya secara telak oleh musik Blues. Setiap tahun, di bulan Juli, sebuah festival blues tahunan diselenggarakan di Skånevik. J anganlah heran bila karena musik itu penduduk pulau ini lebih memuja sosok Gary Moore ketimbang Edvard Grieg, komposer asli Norwegia yang jenius.   Saking cintanya terhadap sosok gitaris dari Belfast , Irlandia Utara itu, mereka juga membuatkannya sebuah pa

B.B. King, "When the King is Gone..."

Gambar
Goodbye everybody, I believe this is the end. Oh, goodbye everybody, I believe this is the end. I want you to tell my baby, Tell her please, please forgive me, Forgive me for my sins. (Three O’Clock Blues, B.B. King) Di tengah ingar-bingar distorsi yang ditawarkan heavy metal dan thrash metal pada akhir tahun 80-an, saya mengenal B.B. King sebagai seorang gitaris blues yang sangat karismatis. Pengenalan saya mungkin terlambat. Namun, saya tidak pernah lupa bagaimana lagu When The Thrill is Gone yang ia nyanyikan dan lengkingkan di sebuah radio swasta membuat bulu roma saya bergidik. Vokal yang berjiwa, tone gitar yang jernih, teknik bending, dan vibrato yang luar biasa membuat saya terpana. B.B King menyadarkan saya bahwa musik blues adalah sumber kekuatan awal bagi musik rock, heavy metal, atau thrash metal! Baru beberapa tahun kemudian, saya dapat melihat sosoknya dalam sebuah video musik yang diputar di sebuah toko musik. Sungguh ia terlihat begitu tenang dan ber

Criss Oliva dan Wajah Lain Musik Rock

Gambar
Curlew Hills Memory Garden memang tidak begitu jauh dari tengah kota Florida. Kompleks pemakaman itu terlihat bagai taman yang asri dan temaram. Tampak berkelas sebagai sebuah rumah peristirahatan terakhir. Tiada kesan angker sama sekali karena yang tertanam di sana hanya menyisakan memori. Bukan teror atau ketakutan. Di tengah-tengah taman itu, nama Christopher M. Oliva tertera tebal di atas nisan pualam. Tidak jauh dari situ sebuah rangkaian bunga berbentuk gitar Charvel putih berdiri kokoh. Criss Oliva memang tidak sepopuler Jimmy Hendrix, yang kerap dianggap punya pengaruh besar dalam perjalanan musik rock dunia. Namun, Criss Oliva sungguh dimiliki masyarakat Florida. Ia-lah the real guitar hero bagi Florida. Namun, kematiannya yang begitu mendadak jelas menghancurkan hati banyak orang yang mengaguminya. Karena ulah pengemudi yang tidak bertanggungjawab, ia mati muda sebagai korban kecelakaan lalu lintas.    Criss Olivia dibesarkan ketika Amerika tahun 80-an adalah A