Eddie van Halen, Gitar, dan Kanker
Itulah Edward Lodewijk van Halen.
Namanya berbau Belanda karena ayahnya, Jan van Halen, memanglah orang Belanda
totok. Sementara itu, ibunya adalah perempuan keturunan Indonesia yang lahir di
Rangkas Bitung. Namun, orang Amerika dan budaya populer mengenalnya sebagai
Eddie van Halen, seorang gitaris yang kerap dituduh sebagai orang yang
bertanggung jawab di balik perubahan selera musik sejak akhir tahun 1970-an
sampai pertengahan tahun 1990-an. Eddie van Halen telah membawa musik rock yang
pamornya meredup di era pertengahan 1970-an ke jenjang yang lebih tinggi. Musik
rock pada masa itu terjepit di antara gairah massa akan musik punk dan disco.
Namun, lebih daripada itu, Eddie van Halen adalah orang yang bertanggung jawab
atas munculnya kaum shredder dalam khazanah musik rock dan metal sampai hari
ini.
Meski ada begitu banyak teknik gitar yang
diperkenalkan Eddie van Halen ke hadapan publik secara mempesona, ia sama
sekali tidak pernah mau disebut sebagai seorang inventor. Ia merasa lebih
nyaman untuk disebut sebagai inovator karena ia ingin membawa musik rock ke
level yang lebih tinggi. Ia ingin memaksimalkan pencarian musik rock pada
suara, pada tone yang ultimat. Untuk itulah, ia kerap membongkar sejumlah gitar
dan amplifier. Ia melakukan inovasi dan penyesuaian agar suara dan karakter
musik rock yang inginkan dapat terwujud.
Kendati demikian, dalam sebuah wawancara yang
pernah diselenggarakan The Smithsonian dan Zocalo Public Square pada tahun
2015, Eddie van Halen juga pernah mengatakan bahwa inovasi yang ia lakukan itu
sebenarnya didorong oleh ketidakmampuannya untuk membeli gitar atau amplifier
baru yang harganya mahal. Frankenstrat, gitar legendaris miliknya, dibentuk
dari berbagai komponen gitar bekas yang ia beli dengan harga murah. Selama
bertahun-tahun, bersama sang kakak, Alex, ia harus merintis band yang mereka
dirikan itu melalui sejumlah pertunjukan di berbagai panggung kecil dan
terbatas seperti bar, sekolah, dan acara pesta privat dengan bayaran seadanya.
Mereka meniti jalan seperti yang pernah dilakukan sang ayah tatkala mereka tiba
di Pasadena, California sebagai kaum imigran dari Belanda. Ayahnya,Jan van
Halen, adalah seorang pemusik profesional yang mencari peruntungan dari satu
tempat ke tempat lain bersama para pemusik lain dalam sebuah Big Band. Di
Amerika, Jan dan keluarganya harus menjalani kehidupan yang keras. Di luar
aktivitasnya sebagai musisi, Jan bekerja sebagai tukang cuci piring, dan
Eugenia, isterinya, bekerja sebagai pembantu. Sebagai orang tua, Jan dan
Eugenia telah memberikan teladan kepada Eddie dan kakaknya untuk pantang
menyerah dalam kehidupan ini.
Tidak dapat dimungkiri bahwa kerja keras yang ia
lakukan itu telah menjadikan dirinya sebagai ikon musik rock dan sekaligus ikon
musik populer di dunia. Namun, dunia rock yang glamor tidak selamanya menawarkan
hal-hal yang gemilang. Beberapa kali Van Halen sebagai band harus juga berganti
personil. Sejumlah lirik dalam lagu-lagu yang dimainkan Van Halen dianggap
identik dengan pornografi oleh Parents Music Resource Centre yang ditelurkan
oleh Tipper Gore. Karena gaya hidupnya yang tidak sehat, Eddie van Halen sempat
menjalani rehabilitasi kecanduan alkohol dan obat-obat terlarang beberapa kali
sampai pada akhirnya ia divonis oleh paramedis bahwa ia menderita kanker lidah.
Vonis ini juga sempat membuat kehidupan pribadinya goncang. Puncaknya adalah
pada tahun 2007 tatkala ia harus bercerai dengan isterinya, Valerie Bertinelli,
karena perselingkuhan yang pernah dilakukan perempuan itu.
Namun, Eddie adalah sosok petarung yang tidak ingin
jatuh lunglai dan kalah. Ia bangkit dan mulai menata kembali banyak hal yang
pernah ia abaikan. Putera semata wayangnya, Wolfgang van Halen, hadir sebagai
sebuah magic, sebuah pengharapan bagi Eddie van Halen untuk terus berkarya
kembali, untuk terus melanjutkan hidupnya. Wolfgang yang menggantikan peran
Michael Anthony sebagai basis Van Halen pun beraksi bersama sang ayah dan paman
tercinta untuk menggelontorkan album terbaru yang berjudul A Different Kind of
Truth (2012). Album ini seolah menandakan kebangkitan kembali seorang Eddie dan
band Van Halen di blantika musik rock dunia.
Sejak kedatangan mereka di Pasadena, California,
keluarga Jan van Halen memandang Amerika sebagai sebuah negeri yang menjanjikan
pengharapan yang baru. Meski keprihatinan hidup harus mereka lalui selama
bertahun-tahun, Jan dan isterinya, percaya bahwa di negara ini, kedua anak
mereka itu dapat bertumbuh dengan baik. Jan juga percaya bahwa keterampilan
musik yang diberikan kepada anak-anaknya dapat menjadi jalan yang mampu
menghantarkan mereka untuk hidup layak. Kepercayaan ini jugalah yang tampaknya
sungguh dihayati oleh Eddie dan Alex van Halen. Dan tentu saja, bagi Eddie,
ayahnya adalah hero pertama dalam kehidupannya. Ketika ditanya oleh salah
seorang penggemarnya mengenai pemusik handal yang akan ia ajak untuk
berkolaborasi di masa depan, Eddie sempat terdiam sesaat. Lalu, ia pun menjawab
dengan lantang. "I'd love to jam with my father again!"
Meski telah hadir dengan semangat yang baru, Eddie
van Halen tidak terlena dengan kanker yang terus menderanya. Ia memang telah
berupaya untuk keluar dari tekanan psikologis yang disebabkan oleh penyakit
itu. Namun, kanker yang telah meluas ke tenggorokan dan otaknya itu ternyata
lebih cepat bergerak dari dugaannya, hal yang sungguh tidak pernah mampu
diantisipasi oleh keluarganya, sahabatnya, penirunya, dan pengagumnya yang
setia. Tanggal 7 Oktober 2020 kanker itu menguasainya dan hari itu menjadi hari
terakhir bagi Eddie van Halen, sang virtuoso dan the smiling guitarist.
Dalam keheningan penuh duka, sepenggal lirik yang
pernah dinyanyikan oleh Sammy Hagar, mantan vokalis Van Halen, terdengar
lamat-lamat dalam batin.
"And when it's over
I know how it's gonna be
And true love will never die
Oh, not fade away
And I can't stop lovin' you
No matter what I say or do
You know my heart is true
I can't stop lovin' you"
"And when it's over
I know how it's gonna be
And true love will never die
Oh, not fade away
And I can't stop lovin' you
No matter what I say or do
You know my heart is true
I can't stop lovin' you"
Selamat jalan King Eddie! Semoga niatmu untuk
berkolaborasi dengan ayahanda, pemusik handal yang paling kau kagumi, akan
segera terwujud di kehidupan selanjutnya. Requiscat in Dei.
Sumber gambar : https://www.pinterest.co.uk/pin/438186238727838453/
Komentar
Posting Komentar