Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2015

Roy Buchanan : Telecaster dan Tragedi Blues

Gambar
Musik Blues, pada galibnya, adalah jeritan hati yang tersayat derita. Dalam sejarahnya musik Blues hadir sebagai ekspresi kaum kulit hitam yang merindukan kebebasan dari perbudakan yang dilakukan kaum kulit putih di Amerika. Meski praktik perbudakan telah dihapus dan dianggap sebagai dosa yang memalukan, gemanya masih terdengar jelas dalam masyarakat modern. Namun, gema itu tidak lagi menjeritkan kemerdekaan yang terpasung, tetapi kerap meneriakkan hubungan cinta yang kandas, pengharapan yang hilang, kesepian, dan ketakutan manusia modern terhadap kemajuan peradaban. Dalam konteks ini, musik Blues tidak lagi dimaknai sebagai ekspresi, melainkan sebagai katarsis psikologis bagi manusia modern pula. Roy Buchanan bukanlah pria berkulit hitam. Kendati begitu, pria yang dilahirkan di Arkansas, Amerika ini sangat dekat dengan musik gospel sejak kecil. Maklum, Roy dibesarkan dalam gereja Kristen Pentakosta yang banyak mengadopsi unsur musik blues yang pernah didendangkan para budak kulit...

Ritchie Blackmore: Ksatria Gitar dan Hutan Kesunyian

Gambar
Namanya jarang disebut akhir-akhir ini. Bahkan, namanya kerap tidak ditemukan dalam daftar para gitaris yang berpengaruh.  Pada tahun 1995, misalnya, majalah Guitar World tidak mencantumkan namanya sebagai salah satu gitaris terkenal. Bahkan beberapa tahun lalu Josh Tyrangiel, kritikus musik majalah TIME, pun tidak menominasikannya sebagai salah satu dari The 10 Greatest Electric-Guitar Player (lihat “The 10 Greatest Electric-Guitar Player,” http://content.time.com/time/photogallery/0,29307,1916544_1921910,00.html ). Padahal peran dan sumbangsihnya dalam panggung musik rock pada tahun 1970-an dan 1980-an tidak dapat dikatakan kecil. Dalam amatan saya, ia menjadi salah satu virtuoso yang mampu membuktikan kepada publik musik bahwa solo gitar adalah bagian terpenting dalam sebuah konser rock. Setidaknya hal itu pernah dilakukannya ketika masih bergabung sebagai salah satu anggota band legendaris, Deep Purple . Di sela-sela konser band yang didirikan di Inggris pada akhir ...

Antara Ibu, Gitar, dan Panggung Heavy Metal

Gambar
Lagu itu berjudul Dee. Namun, jangan salah sangka! Lagu berjenis instrumental itu bukan dipersembahkan untuk seorang gadis. Lagu yang berdurasi kurang dari satu menit itu diciptakan Randy Rhoads untuk sang ibunda, Delores. Kendati singkat, lagu itu memiliki makna yang begitu mendalam. Dibalut dalam gaya klasik, lagu itu tampak terdengar abadi seperti hubungan kasih antara anak dan ibunya. Sayangnya, Delores belum pernah mendengarkan bagaimana lagu tersebut dimainkan puteranya secara langsung. Lagu itu hanya terselip di antara sejumlah lagu dalam album Blizzard of Ozz (1980) yang melambungkan kembali nama Ozzy Osbourne. Tampaknya tidaklah berlebihan bila Randy Rhoads memberikan tempat yang istimewa bagi ibundanya. Sejak bercerai dengan sang suami, Delores secara otomatis berperan ganda, baik sebagai kepala keluarga maupun sebagai ibu rumah tangga. Untungnya, Delores adalah seorang pianis yang sangat terlatih. Dengan kemampuannya, ia bisa menghidupi Randy dan kedua kakaknya. Delo...