Antara Ibu, Gitar, dan Panggung Heavy Metal
Lagu itu
berjudul Dee. Namun, jangan salah sangka! Lagu berjenis instrumental itu bukan
dipersembahkan untuk seorang gadis. Lagu yang berdurasi kurang dari satu menit
itu diciptakan Randy Rhoads untuk sang ibunda, Delores. Kendati singkat, lagu
itu memiliki makna yang begitu mendalam. Dibalut dalam gaya klasik, lagu itu
tampak terdengar abadi seperti hubungan kasih antara anak dan ibunya.
Sayangnya, Delores belum pernah mendengarkan bagaimana lagu tersebut dimainkan
puteranya secara langsung. Lagu itu hanya terselip di antara sejumlah lagu
dalam album Blizzard of Ozz (1980)
yang melambungkan kembali nama Ozzy Osbourne.
Tampaknya tidaklah
berlebihan bila Randy Rhoads memberikan tempat yang istimewa bagi ibundanya.
Sejak bercerai dengan sang suami, Delores secara otomatis berperan ganda, baik
sebagai kepala keluarga maupun sebagai ibu rumah tangga. Untungnya, Delores
adalah seorang pianis yang sangat terlatih. Dengan kemampuannya, ia bisa
menghidupi Randy dan kedua kakaknya. Delores pulalah yang memperkenalkan Randy
kecil pada gitar klasik.
Namun,
ketika konser Alice Cooper pada tahun 1971 menggerakkan Randy untuk beralih
minat dari musik klasik ke musik rock, Delores sama sekali tidak berkeberatan.
Ia justru meminta Randy untuk mengajar gitar di Musonia, sekolah musik yang
didirikannya, di sela-sela kesibukannya bersama band rock yang dibentuknya.
Menjadi guru gitar selama beberapa waktu itu ternyata punya pengaruh penting
ketika Randy secara mendadak menjadi begitu populer bersama Ozzy Osbourne.
Dalam sebuah wawancara yang pernah dilansir majalah Guitar World pada bulan Mei 1982, Randy menyebutkan bahwa apa yang
ia peroleh selama mengajar gitar ternyata
berguna sebagai salah salah satu sumber inspirasi yang penting dalam
proses kreatifnya.
Sejak awal
Delores paham bahwa Randy memang dilahirkan sebagai musikus besar. Quiet Riot,
grup yang didirikannya pada tahun 1976, cepat mereguk sukses. Selama 3 tahun, Randy
dan teman-temannya mulai menjalani hidup dari klub ke klub di sejumlah wilayah
Amerika. Kerja kerasnya berbuah manis. Ia sanggup membawa Quiet Riot dikenal di
Jepang. Akan tetapi, prestasi itu tidak membuatnya puas. Ketika mengetahui
bahwa Ozzy Osbourne membutuhkan seorang gitaris, tanpa ragu, Randy pun
mengambil kesempatan itu. Sayang, mantan vokalis Black Sabbath itu sedang mabuk
berat sehingga tidak memperhatikan talenta yang dimiliki gitaris muda dari
California ini. Ozzy hanya sempat mengatakan sepatah kalimat yang lebih mirip
basa-basi. “Wow, you’ve got the gig!”
Setelah itu, ia jatuh tergeletak di hadapan Randy.
Tidak dapat
dipungkiri bahwa pada awal tahun 1980-an itu, bersama Randy, Ozzy kembali hadir
sebagai raja di atas panggung heavy metal. Di balik itu, Ozzy paham, dalam
proses kreatif Randy tidak dapat dikendalikannya. Maka kebebasan yang diberikan
Ozzy itu pun tidak disia-siakan Randy untuk terus berinovasi. Lagu-lagu dahsyat
seperti Mr.Crowley, Crazy Train, atau Diary of A Madman lahir dari etos bermusik Randy yang luar biasa.
Namun, tawaran tur yang bertubi-tubi
sepanjang awal tahun ternyata membuatnya jenuh. Ia merasa tidak dapat
menciptakan musik yang sesuai dengan keinginannya. Kesuksesan dan ketenaran yang diraihnya hanya
dalam waktu 2-3 tahun itu pun hanya dipandang Randy sebagai penghambat untuk
menjadi diri sendiri. Ia mulai bosan dengan kehidupan panggung heavy metal yang ingar-bingar. Ia pun tidak
ingin berlama-lama menjadi seorang rock
star. Jauh di dalam lubuk hatinya, Randy ingin merelung kembali ke dalam
keindahan melodi yang ditawarkan musik klasik sebagaimana telah diperkenalkan
Delores. Itulah mengapa sejak tahun 1981 Randy pernah menyatakan niatnya kepada
Ozzy untuk mundur dari kehidupan panggung dan melanjutkan pendidikan musik
klasiknya di universitas.
Akan
tetapi, sebelum niat itu terwujud, pada tanggal 19 Maret 1982, di sebuah pagi
yang cerah, Randy Rhoads tewas dalam kecelakaan pesawat bermesin tunggal tipe
Beechcraft Bonanza F35. Sebelum menabrak sebuah rumah dan meledak, pesawat itu
sempat berputar-putar dan menghantam atap bus tur yang sedianya akan membawa
Ozzy Osbourne dan crew menuju sebuah
festival di Orlando, Florida. Selama bertahun-tahun banyak spekulasi mengenai
penyebab kecelakaan yang sekaligus menewaskan 3 orang itu. Banyak pihak pula
yang sangat menyesali peristiwa itu. Betapa singkat perjalanan karir gitaris
muda yang diprediksi Guitar World
akan melengserkan Eddie Van Halen dari panggung musik rock!
Kini, 32
tahun setelah tragedi itu, lagu Dee masih berkumandang. Satu tahun lalu,
beberapa gitaris rock ternama memainkannya sebagai wujud penghormatan kepada
Randy dan Delores. Ya, durasi lagu itu memang singkat, tapi bagi saya lagu itu
masih menyimpan begitu banyak dialog yang belum sempat disampaikan Randy kepada
ibundanya. Setelah kematiannya, baru terungkap bahwa lagu berdurasi 50 detik
itu ternyata mengalami proses perekaman yang berulang-ulang. Saya membayangkan
bagaimana di ruang studio musik yang gelap itu, Randy berusaha menyempatkan
diri untuk menyusun melodi-melodi terbaik. Ia tampaknya begitu paham bahwa
Delores berhak memperoleh musik yang terbaik. Ya, lagu itu menjadi semacam
jawaban atas kerinduan hati Randy untuk menyatakan bahwa Delores adalah
segalanya. “My mother. She was the one
who pushed me all the time. She even helped me with my equipment!”
Beristirahatlah
dalam damai, Randy. Ibumu begitu bangga padamu…
Sumber gambar : www.phawker.com
Komentar
Posting Komentar