Postingan

Menampilkan postingan dari 2015

Gary Moore dan Sebuah Ruang yang Kosong

Gambar
Skånevik adalah pulau kecil yang hadir bagai sebuah puitika alam nan hening. Bersama angin yang berhembus perlahan, pohon-pohon perdu hijau yang memayungi pedesaan asri itu   berdansa Halling . Sejauh mata memandang, rumput di daerah ini tumbuh teratur bagai permadani kerajaan antah-berantah. Tatkala hari menjelang sore, di atas cakrawala, matahari enggan kembali ke peraduannya. Seolah sinarnya   tetap ingin bercengkrama dengan keramahan masyarakat Norwegia. Namun, di sini , musik klasik yang membesarkan peradaban Barat modern, sudah begitu asing. Di pulau kecil ini , musik klasik telah diperdaya secara telak oleh musik Blues. Setiap tahun, di bulan Juli, sebuah festival blues tahunan diselenggarakan di Skånevik. J anganlah heran bila karena musik itu penduduk pulau ini lebih memuja sosok Gary Moore ketimbang Edvard Grieg, komposer asli Norwegia yang jenius.   Saking cintanya terhadap sosok gitaris dari Belfast , Irlandia Utara itu, mereka juga membuatka...

B.B. King, "When the King is Gone..."

Gambar
Goodbye everybody, I believe this is the end. Oh, goodbye everybody, I believe this is the end. I want you to tell my baby, Tell her please, please forgive me, Forgive me for my sins. (Three O’Clock Blues, B.B. King) Di tengah ingar-bingar distorsi yang ditawarkan heavy metal dan thrash metal pada akhir tahun 80-an, saya mengenal B.B. King sebagai seorang gitaris blues yang sangat karismatis. Pengenalan saya mungkin terlambat. Namun, saya tidak pernah lupa bagaimana lagu When The Thrill is Gone yang ia nyanyikan dan lengkingkan di sebuah radio swasta membuat bulu roma saya bergidik. Vokal yang berjiwa, tone gitar yang jernih, teknik bending, dan vibrato yang luar biasa membuat saya terpana. B.B King menyadarkan saya bahwa musik blues adalah sumber kekuatan awal bagi musik rock, heavy metal, atau thrash metal! Baru beberapa tahun kemudian, saya dapat melihat sosoknya dalam sebuah video musik yang diputar di sebuah toko musik. Sungguh ia terlihat begitu tenang dan ber...

Criss Oliva dan Wajah Lain Musik Rock

Gambar
Curlew Hills Memory Garden memang tidak begitu jauh dari tengah kota Florida. Kompleks pemakaman itu terlihat bagai taman yang asri dan temaram. Tampak berkelas sebagai sebuah rumah peristirahatan terakhir. Tiada kesan angker sama sekali karena yang tertanam di sana hanya menyisakan memori. Bukan teror atau ketakutan. Di tengah-tengah taman itu, nama Christopher M. Oliva tertera tebal di atas nisan pualam. Tidak jauh dari situ sebuah rangkaian bunga berbentuk gitar Charvel putih berdiri kokoh. Criss Oliva memang tidak sepopuler Jimmy Hendrix, yang kerap dianggap punya pengaruh besar dalam perjalanan musik rock dunia. Namun, Criss Oliva sungguh dimiliki masyarakat Florida. Ia-lah the real guitar hero bagi Florida. Namun, kematiannya yang begitu mendadak jelas menghancurkan hati banyak orang yang mengaguminya. Karena ulah pengemudi yang tidak bertanggungjawab, ia mati muda sebagai korban kecelakaan lalu lintas.    Criss Olivia dibesarkan ketika Amerika tahun 80-an...

Roy Buchanan : Telecaster dan Tragedi Blues

Gambar
Musik Blues, pada galibnya, adalah jeritan hati yang tersayat derita. Dalam sejarahnya musik Blues hadir sebagai ekspresi kaum kulit hitam yang merindukan kebebasan dari perbudakan yang dilakukan kaum kulit putih di Amerika. Meski praktik perbudakan telah dihapus dan dianggap sebagai dosa yang memalukan, gemanya masih terdengar jelas dalam masyarakat modern. Namun, gema itu tidak lagi menjeritkan kemerdekaan yang terpasung, tetapi kerap meneriakkan hubungan cinta yang kandas, pengharapan yang hilang, kesepian, dan ketakutan manusia modern terhadap kemajuan peradaban. Dalam konteks ini, musik Blues tidak lagi dimaknai sebagai ekspresi, melainkan sebagai katarsis psikologis bagi manusia modern pula. Roy Buchanan bukanlah pria berkulit hitam. Kendati begitu, pria yang dilahirkan di Arkansas, Amerika ini sangat dekat dengan musik gospel sejak kecil. Maklum, Roy dibesarkan dalam gereja Kristen Pentakosta yang banyak mengadopsi unsur musik blues yang pernah didendangkan para budak kulit...

Ritchie Blackmore: Ksatria Gitar dan Hutan Kesunyian

Gambar
Namanya jarang disebut akhir-akhir ini. Bahkan, namanya kerap tidak ditemukan dalam daftar para gitaris yang berpengaruh.  Pada tahun 1995, misalnya, majalah Guitar World tidak mencantumkan namanya sebagai salah satu gitaris terkenal. Bahkan beberapa tahun lalu Josh Tyrangiel, kritikus musik majalah TIME, pun tidak menominasikannya sebagai salah satu dari The 10 Greatest Electric-Guitar Player (lihat “The 10 Greatest Electric-Guitar Player,” http://content.time.com/time/photogallery/0,29307,1916544_1921910,00.html ). Padahal peran dan sumbangsihnya dalam panggung musik rock pada tahun 1970-an dan 1980-an tidak dapat dikatakan kecil. Dalam amatan saya, ia menjadi salah satu virtuoso yang mampu membuktikan kepada publik musik bahwa solo gitar adalah bagian terpenting dalam sebuah konser rock. Setidaknya hal itu pernah dilakukannya ketika masih bergabung sebagai salah satu anggota band legendaris, Deep Purple . Di sela-sela konser band yang didirikan di Inggris pada akhir ...